Khutbah Jum'at: "Memanfaatkan Momentum Ramadhan"
Naskah Khutbah Jum’at:
(Disampaikan di Masjid Jami’ Al-Ikhlash Desa Dukuhjeruk Kec. Karangampel Kab. Indramayu, 18 Juli 2014)
اَلْحَمْدُ لِلَّهِ الَّذِيْ جَعَلَ شَهْرَ رَمَضَانَ سَيِّدَ الشُّهُوْرِ. وَأَنْزَلَ فِيْهِ الْقُرْآنَ كَمَا أَنْزَلَ فِيْهِ التَّوْرَاةَ وَالإِنْجِيْلَ وَالزَّبُوْرَ. وَفَتَحَ فِيْهِ أَبْوَابَ الْجِنَانِ, وَهَيَّأَ مَا فِيْهَا مِنَ النَّعِيْمِ وَالْوِلْدَانِ وَالْقُصُوْرِ. وَأَغْلَقَ أَبْوَابَ النِّيْرَانِ عَنِ الْمُؤْمِنِيْنَ وَأَعَدَّهَا لِكُلِّ مُشْرِكٍ وَكَفُوْرٍ. وَفَرَّضَ صِيَامَهُ وَضَاعَفَ لِصَائِمِهِ الأُجُوْرَ. وَفَضَّلَ قِيَامَهُ وَرَتَّبَ عَلَيْهِ الْجَزَاءَ الْمَأْثُوْرَ. أَحْمَدُهُ سُبْحَانَهُ وَتَعَالَى وَأَشْكُرُهُ عَلَى جَمِيْعِ نِعَمِهِ فَهُوَ أَحَقُّ مَحْمُوْدٍ وَأَجَلُّ مَشْكُوْرٍ. وَأَشْهَدُ أَنْ لَا إِلَهَ إِلَّا اللهُ وَحْدَهُ لَا شَرِيْكَ لَهُ شَهَادَةً يَشْرَحُ اللهُ لَنَا بِهَا الصُّدُوْرَ. وَأَشْهَدُ أَنَّ سَيِّدَنَا مُحَمَّداً عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ النَّبِيُّ الْمُخْتَارُ. فَصَلَّى اللهُ وَسَلَّمَ وَبَارَكَ عَلَيْهِ وَعَلَى آلِ بَيْتِهِ وَأَصْحَابِهِ صَلاَةً وَسَلاَمًا دَائِمَيْنِ مُتَلاَزِمَيْنِ إِلَى دَارِ الْقَرَارِ. وَسَلَّمَ تَسْلِيْمًا كَثِيْرًا. أَمَّا بَعْدُ، فَيَا عِبَادَ اللهِ أُوْصِِيْكُمْ وَنَفْسِيْ بِتَقْوَى اللهِ وَطَاعَتِهِ لَعَلَّكُمْ تُفْلِحُوْنَ.
Hadirin sidang Jum’at rahimakumulllah,
Segala puji dan rasa syukur marilah senantiasa kita panjatkan ke hadirat Allah SWT, karena nikmat dan karunia-Nya sedetik pun tak pernah berhenti kita rasakan. Kebaikan-Nya terus mengalir kepada kita waktu demi waktu. Setiap saat nikmat-nikmat itu semakin bertambah tanpa mungkin bisa kita hitung jumlahnya. Nikmat yang satu senantiasa disusul oleh nikmat yang lain. Allah begitu menyayangi hamba-hamba-Nya yang butuh kepada-Nya, butuh akan pertolongan, ampunan, dan kasih sayang-Nya. Dan pada bulan ini, kenikmatan itu terasa semakin sempurna dengan dipertemukannya kembali kita dengan bulan suci Ramadhan yang penuh dengan berkah. Hal ini sebagaimana disabdakan oleh baginda Nabi SAW:
إِذَا دَخَلَ رَمَضَانُ فُتِّحَتْ أَبْوَابُ الجَنَّةِ، وَغُلِّقَتْ أَبْوَابُ جَهَنَّمَ وَسُلْسِلَتِ الشَّيَاطِينُ
“Apabila datang bulan Ramadhan, maka dibukalah pintu-pintu surga dan seluruh pintu neraka ditutup, serta setan-setan pun dibelenggu.” (HR. Imam Bukhari dan Imam Muslim).
Sebagai ummatnya, kita patut berbahagia dan bersyukur menyambut bulan ini dengan suka cita, serta dengan penuh ketekunan kita hendaknya mengisinya dengan berbagai bentuk ibadah dan ketaatan kepada-Nya. Kita tempuh jalan kebaikan menuju surga, dan kita jauhi jalan-jalan lain yang hanya akan mengantarkan kita ke dalam siksa neraka. Sungguh amat disayangkan apabila di bulan yang penuh rahmat dan ampunan-Nya ini kita tetap menempuh jalan yang akan menceburkan diri kita dalam kubangan kemaksiatan dan dosa. Padahal sebagaimana disabdakan oleh Rasulullah di atas, jalan kebaikan itu pada bulan ini telah benar-benar sangat dimudahkan, pintu-pintu surga telah dibuka, pintu-pintu neraka ditutup, dan setan-setan pun dibelenggu.
Hadirin yang dirahmati Allah,
Dalam salah satu hadits yang diriwayatkan oleh Imam Ahmad dalam kitab Musnadnya, diceritakan bahwa Rasulullah SAW suatu ketika menaiki mimbar. Ketika beliau menginjakkan kakinya pada anak tangga pertama beliau tiba-tiba mengucapkan “Aamin”, begitu pula ketika menginjak anak tangga kedua dan ketiga. Hingga usai shalat para sahabat bertanya, “Wahai Rasulullah, mengapa Anda tiba-tiba mengucapkan “Aamin” hingga tiga kali berturut-turut saat menaiki mimbar?. Beliau lalu menjawab, “Sesungguhnya Jibril telah datang kepadaku dan berkata, “Sangatlah merugi orang yang apabila namamu disebut, dia tidak mengucapkan shalawat atasmu”. Lalu aku mengucapkan “Aamin.”Kemudian Jibril berkata lagi, “Sangatlah merugi orang yang masih berkesempatan hidup bersama orangtuanya tetapi tidak sampai menyebabkan dirinya masuk surga.” Lalu aku pun mengucapkan“Aamin”. Kemudian Jibril berkata lagi, “Sangatlah merugi orang yang mendapati bulan suci Ramadhan tetapi ia tidak terampuni dosa-dosanya.” Aku pun mengucapkan “Aamin.”
Maka, sungguh betapa sangat meruginya orang-orang sebagaimana yang dikatakan oleh Jibril di atas yang juga diaminkan oleh Rasulullah. Mereka adalah orang-orang yang tidak bisa memetik hikmah dan manfaat kebaikan dari setiap kesempatan emas yang nyata-nyata telah diberikan oleh Allah atas mereka. Semoga kita semua tidak termasuk orang-orang yang demikian. Amin ya Rabbal ‘Alamin.
Hadirin sekalian hadaniyallahu wa iyyakum,
Ibadah puasa yang kita lakukan secara hakiki dan sungguh-sungguh pada bulan Ramadhan ini, sesungguhnya dapat menjadi wasilah (perantara) kita meraih ampunan Allah SWT atas berbagai dosa dan kesalahan yang telah kita lakukan. Sebagaimana sabda Nabi SAW,
مَنْ صَامَ رَمَضَانَ إِيمَانًا وَاحْتِسَابًا غُفِرَ لَهُ مَا تَقَدَّمَ مِنْ ذَنْبِهِ
“Barangsiapa berpuasa di bulan Ramadhan dengan penuh keimanan dan ihtisab (yakni sikap introspeksi diri atas dosa dan kesalahan-kesalahan yang pernah dilakukan), maka ia akan diampuni dosa-dosanya yang telah lalu.” (HR. Imam Bukhari dan Imam Muslim).
Nabi SAW juga bersabda,
الصَّلَوَاتُ الْخَمْسُ، وَالْجُمْعَةُ إِلَى الْجُمْعَةِ، وَرَمَضَانُ إِلَى رَمَضَانَ، مُكَفِّرَاتٌ مَا بَيْنَهُنَّ
“Bahwa shalat lima waktu yang setiap hari kita lakukan, juga shalat Jumat yang setiap minggu kita laksanakan, termasuk puasa Ramadhan yang setiap tahun kita tunaikan, adalah sarana untuk menghapus dosa-dosa kita.” (HR. Imam Muslim).
Sungguh, begitu banyak manfaat kebaikan yang dapat kita petik di sepanjang bulan suci ini. Apabila kita berharap agar dilipatgandakan pahala kebaikan kita dan diangkat derajat kita di sisi Allah, maka bulan ini merupakan momentum dan waktu yang sangat tepat untuk mewujudkan harapan tersebut, yakni melalui pelaksanaan ibadah puasa yang kita hayati secara sungguh-sungguh. Sebagaimana Rasulullah SAW bersabda,
كُلُّ عَمَلِ ابْنِ آدَمَ يُضَاعَفُ، الْحَسَنَةُ عَشْرُ أَمْثَالِهَا إِلَى سَبْعمِائَة ضِعْفٍ، قَالَ اللهُ عَزَّ وَجَلَّ: إِلَّا الصَّوْمَ، فَإِنَّهُ لِي وَأَنَا أَجْزِي بِهِ، يَدَعُ شَهْوَتَهُ وَطَعَامَهُ مِنْ أَجْلِي
“Seluruh amal kebaikan anak Adam akan dilipatgandakan pahalanya. Setiap satu kebaikan akan dilipatgandakan menjadi 10 hingga 700 kali lipat. Hingga Allah berfirman, ‘Kecuali puasa, karena itu adalah urusan antara Aku dan hamba-Ku. Akulah yang akan langsung membalasnya. Lantaran mereka telah benar-benar meninggalkan keinginan syahwat dan makanananya semata-mata karena Aku.” (HR. Imam Muslim).
Demikian pula jika kita menginginkan menjadi penghuni surga yang senantiasa dianugerahi kenikmatan dan kebahagiaan, maka ibadah puasa Ramadhan ini merupakan salah satu amalan yang dapat mewujudkan keinginan kita tersebut. Pada saat haji wada’, Nabi SAW berkhutbah di hadapan orang-orang. Beliau bersabda,
صَلُّوا خَمْسَكُمْ، وَصُومُوا شَهْرَكُمْ، وَأَدُّوا زَكَاةَ أَمْوَالِكُمْ، وَأَطِيعُوا ذَا أَمْرِكُمْ تَدْخُلُوا جَنَّةَ رَبِّكُمْ
“Dirikanlah shalat lima waktu, berpuasalah di bulan Ramadhan, tunaikanlah zakat harta kalian, taatilah pemimpin-pemimpin kalian, maka kalian akan masuk ke dalam surga Tuhan kalian.”
Dalam hadits yang lain Nabi SAW juga bersabda,
إِنَّ فِي الجَنَّةِ بَابًا يُقَالُ لَهُ الرَّيَّانُ، يَدْخُلُ مِنْهُ الصَّائِمُونَ يَوْمَ القِيَامَةِ، لاَ يَدْخُلُ مِنْهُ أَحَدٌ غَيْرُهُمْ، فَإِذَا دَخَلُوا أُغْلِقَ فَلَمْ يَدْخُلْ مِنْهُ أَحَدٌ
“Sesungguhnya di surga ada sebuah pintu yang bernama “ar-Rayyan”. Pada hari kiamat, orang-orang yang berpuasa akan masuk (ke surga) melalu pintu itu. Tidak seorang pun yang masuk melalui pintu tersebut kecuali mereka... Apabila mereka semua telah masuk, maka pintu itu akan ditutup dan tidak ada lagi seorang pun yang bisa memasuki pintu itu.” (HR. Imam Bukhari dan Imam Muslim).
Hadirin sidang Jum’at yang dimuliakan Allah,
Ibadah puasa juga akan membentengi diri kita dari panasnya api neraka. Nabi SAW dalam hal ini bersabda,
الصِّيَامُ جُنَّةٌ مِنَ النَّارِ، كَجُنَّةِ أَحَدِكُمْ مِنَ الْقِتَالِ
“Puasa adalah tameng/perisai (yang melindungi) dari api neraka, sebagaimana tameng/perisai (yang membentengi seseorang) dari ancaman terbunuh di dalam peperangan.”
Selain itu, apabila kita berharap syafaat kelak pada hari kiamat, ketika seluruh umat manusia dikumpulkan di padang mahsyar, maka salah satu cara yang dapat dilakukan untuk memperoleh syafaat tersebut adalah dengan berpuasa. Nabi SAW bersabda,
الصِّيَامُ وَالْقُرْآنُ يَشْفَعَانِ لِلْعَبْدِ يَوْمَ الْقِيَامَةِ، يَقُولُ الصِّيَامُ: أَيْ رَبِّ، مَنَعْتُهُ الطَّعَامَ وَالشَّهَوَاتِ بِالنَّهَارِ، فَشَفِّعْنِي فِيهِ، وَيَقُولُ الْقُرْآنُ: مَنَعْتُهُ النَّوْمَ بِاللَّيْلِ، فَشَفِّعْنِي فِيهِ، قَالَ: فَيُشَفَّعَانِ
“Puasa dan al-Quran adalah pemberi syafaat bagi seorang hamba pada hari kiamat. Puasa berkata, ‘Wahai Rabb, aku telah menghalanginya dari makan dan keinginan syahwatnya di siang hari, maka perkenankan aku memberi syafaat kepadanya’. Demikian pula al-Quran, ia berkata, ‘Aku telah menghalanginya untuk tidur di malam hari demi aku. Karena itu, perkenankan aku memberi syafaat kepadanya’. Rasulullah SAW bersabda, “Maka syafaat keduanya itu lalu diperkenankan oleh Allah.” (HR. Imam Ahmad, Hadits Hasan)
Kaum muslimin rahimakumullah,
Secara lebih jauh, makna dan hakikat puasa sesungguhnya tidak cukup sekedar meninggalkan makan, minum, dan hal-hal lainnya yang secara hukum fiqih dianggap membatalkan puasa. Karena orang yang berpuasa harus juga menahan seluruh anggota tubuhnya dari perbuatan-perbuatan tercela dan dosa. Lisannya tidak boleh berkata dusta, mengucapkan sesuatu yang kotor, menebarkan fitnah, memutar-balikan fakta, atau meyakinkan orang lain dengan berita yang mengada-ada demi kepentingannya. Perutnya juga harus dijaga dari segala jenis makanan dan minuman yang tidak halal. Demikian pula pikirannya, harus benar-benar dijaga dari prasangka-prasangka buruk (su’udzan), baik terhadap Allah maupun terhadap sesama. Termasuk dalam menyikapi berita apapun yang kita sendiri tidak mengetahui secara pasti akar persoalan dan kebenarannya, sebagaimana yang sering terjadi di masyarakat kita, kita tidak boleh langsung memvonis dan menghakimi secara sepihak tanpa melakukan upaya tabayyun (klarifikasi) terlebih dahulu secara langsung dengan pihak-pihak yang berkaitan. Hal ini penting agar tali silaturahmi dan persaudaraan tetap terjaga, dan perselisihan apalagi sikap permusuhan yang didorong oleh sikap ananiyah (egoisme) dapat dihindarkan. Tegasnya, puasa mengajarkan kita agar dapat mengendalikan diri kita dari segala bentuk hasrat dan dorongan hawa nafsu yang akan melemparkan kita pada derajat yang sangat rendah di sisi Allah SWT. Melalui ibadah puasa, kita benar-benar dilatih untuk menjaga sisi kemanusiaan kita yang paling fitri dan hakiki, agar terhindar dari sifat-sifat baha’imiyah (sifat hewan ternak, seperti rakus, tamak, dan serakah dalam mengejar orientasi dan kepentingan-kepentingan duniawi), juga sifat sabu’iyah (sifat binatang buas, yakni sifat untuk selalu merasa benar dan menang sendiri, meskipun dengan cara menindas dan mendzalimi orang lain), lebih-lebih sifat syaithoniyah yang senantiasa ingkar kepada Tuhannya.
Dalam hal ini Nabi SAW bersabda,
مَنْ لَمْ يَدَعْ قَوْلَ الزُّورِ وَالعَمَلَ بِهِ، فَلَيْسَ لِلَّهِ حَاجَةٌ فِي أَنْ يَدَعَ طَعَامَهُ وَشَرَابَهُ
“Barang siapa yang berpuasa tetapi ia tidak meninggalkan perkataan dan perbuatan dosa/tercela, maka Allah sungguh tidak butuh puasa orang yang hanya meninggalkan makan dan minum.” (HR. Imam Bukhari)
Dalam hadits yang lain Nabi SAW juga bersabda,
رُبَّ صَائِمٍ حَظُّهُ مِنْ صِيَامِهِ الْجُوعُ وَالْعَطَشُ، وَرُبَّ قَائِمٍ حَظُّهُ مِنْ قِيَامِهِ السَّهَرُ
“Betapa banyak orang yang berpuasa tetapi hasil yang diperoleh dari ibadah puasanya hanya lapar dan dahaga, dan betapa banyak orang yang terjaga di malam hari namun tidak menghasilkan apa-apa selain hanya begadang tanpa makna” (HR. Ibnu Majah).
Kaum Muslimin yang dirahmati Allah,
Dengan demikian, sudah menjadi keharusan bagi kita untuk senantiasa menjaga segenap sikap dan prilaku kita selama bulan suci Ramadhan. Jangan sampai kita termasuk orang-orang yang Allah sendiri tidak mempedulikan puasa kita, sehingga hasil dari puasa kita hanya sebatas rasa lapar dan dahaga. Na’udzu billah tsumma na’udzu billah.
Menutup uraian khutbah ini, kiranya perlu kita hayati bersama salah satu nasehat yang dikemukakan oleh Jabir bin Abdillah bin ‘Amr al-Anshari as-Salami RA (wafat 74 H), salah seorang sahabat Nabi dari kalangan Anshor, yang selama hidupnya pernah meriwayatkan tak kurang dari 1540 hadits Nabi. Beliau menyatakan:“Apabila engkau berpuasa, maka puasakan juga pendengaranmu, penglihatanmu, lisanmu, dari hal-hal yang haram. Jangan menyakiti tetangga. Jangan melukai perasaan orang lain. Jadilah orang yang lemah lembut dan tenang pada saat engkau berpuasa. Jangan jadikan saat-saat puasamu dan saat-saat kamu tidak puasa menjadi dua hal yang tidak ada bedanya.” Demikian khutbah ini, semoga bermanfaat.
أَعُوْذُ بِاللهِ مِنَ الشَّيْطَانِ الرَّجِيْمِ, يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا كُتِبَ عَلَيْكُمُ الصِّيَامُ كَمَا كُتِبَ عَلَى الَّذِينَ مِنْ قَبْلِكُمْ لَعَلَّكُمْ تَتَّقُونَ. بَارَكَ اللهُ لِيْ وَلَكُمْ فِي الْقُرْآنِ الْعَظِيْمِ, وَنَفَعَنِيْ وَإِيَّاكُمْ بِمَا فِيْهِ مِنَ الآيَاتِ وَالذِّكْرِ الْحَكِيْمِ, وَتَقَبَّلَ مِنِّيْ وَمِنْكُمْ تِلاَوَتَهُ إِنَّهُ هُوَ السَّمِيْعُ الْعَلِيْمُ. أَقُوْلُ قَوْلِيْ هَذَا وَاسْتَغْفِرُ اللهَ الْعَظِيْمَ لِيْ وَلَكُمْ فَاسْتَغْفِرُوْهُ، إِنَّهُ هُوَ الْغَفُوْرُ الرَّحِيْمُ.
Khutbah Kedua:
اَلْحَمْدُ لِلَّهِ ذِيْ الفَضْلِ وَالْإِنْعَامِ، فَضَّلَ شَهْرَ رَمَضَانَ عَلَى غَيْرِهِ مِنْ شُهُوْرِ العَامِ، وخَصَّهُ بِمَزِيْدٍ مِنَ الفَضْلِ وَالكَرَمِ وَالْإِنْعَامِ، أَشْهَدُ أَنْ لَا إِلَهَ إِلَّا اللهُ وَحْدَهُ لَا شَرِيْكَ لَهُ، فِي رُبُوْبِيَّتِهِ وَأُلُوْهِيَّتِهِ, وَأَسْمَائِهِ وَصِفَاتِهِ, كَمَا قَالَهُ تَعَالَى (تَبَارَكَ اسْمُ رَبِّكَ ذِي الْجَلالِ وَالإِكْرَامِ)، وَأَشْهَدُ أَنَّ محمداً عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ، صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَعَلَى آلِهِ وَأَصْحَابِهِ البَرَرَةِ الكِرَامِ، وَسَلَّمَ تَسْلِيْماً كَثِيْرًا, أَمَّا بَعْدُ: فَيَا أَيُّهَا النَّاسُ, اِتَّقُوا اللهََ حَقَّ تُقَاتِهِ وَلاَ تَمُوْتُنَّ إِلاَّ وَأَنْتُمْ مُسْلِمُوْنَ.
نَسْأَلُ اللهَ تعالى أَنْ يَرْزُقَنَا وَإِيَّاكُمْ خَشْيَتَهُ فِي الغَيْبِ وَالشَّهَادَةِ، وَأَنْ يَجْعَلَنَا وَإِيَّاكُمْ مِنْعِبَادِهِ المُتَّقِيْنَ, وَأَنْ يَهْدِيَنَا جَمِيْعاً سَوَاءَ السَّبِيْلِ، وَصَلُّوْا وَسَلِّمُوْا – رَحِمَكُمُ اللهُ – عَلَى سيدنا مُحَمَّدِ بْنِ عَبْدِ اللهِ, كَمَا أَمَرَكُمُ اللهُ بِذَلِكَ فِي كِتَابِهِ الكريم: ﴿إِنَّ اللَّهَ وَمَلَائِكَتَهُ يُصَلُّونَ عَلَى النَّبِيِّ يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا صَلُّوا عَلَيْهِ وَسَلِّمُوا تَسْلِيماً﴾ (الأحزاب: ٥٦). اَللَّهُمَّ صَلِّ عَلَى سيدنا مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِ سيدنا مُحَمَّدٍ كَمَا صَلَيْتَ عَلَى سيدنا إِبْرَاهِيْمَ وَعَلَى آلِ سيدنا إِبْرَاهِيْمَ، وَبَارِكْ عَلَى سيدنا مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِ سيدنا مُحَمَّدٍ كَمَا بَارَكْتَ عَلَى سيدنا إِبْرَاهِيْمَ وَعَلَى آلِ سيدنا إِبْرَاهِيْمَ إِنَّكَ حَمِيْدٌ مَجِيْدٌ. وَارْضَ اللَّهُمَّ عَنِ الخُلَفَاءِ الرَّاشِدِيْنَ الأَئِمَّةِ المَهْدِيِّيْنَ: أَبِيْ بَكْرٍ الصِّدِّيْقِ، وَعُمَرَ الفَارُوْقِ، وَعُثْمَانَ ذِيْ النُوْرَيْنِ، وَأَبِي الحَسَنَيْنِ عَلِي، وَارْضَ اللَّهُمَّ عَنِ الصَّحَابَةِ أَجْمَعِيْنَ، وَعَنِ التَابِعِيْنَ وَمَنْتَبِعَهُمْ بِإِحْسَانٍ إِلَى يَوْمِ الدِّيْنِ، وَعَنَّا مَعَهُمْ بِمَنِّكَ وَكَرَمِكَ وَإِحْسَانِكَ يَا أَكْرَمَ الأَكْرَمِيْنَ.
اللَّهُمَّ أَعِزَّ الإِسْلاَمَ وَالْمُسْلِمِيْنَ وَأَذِلَِّ الشِّرْكَ وَالْمُشْرِكِيْنَ وَانْصُرْ عِبَادَكَ الْمُوَحِّدِيْنَ الْمُخْلِِصِيْنَ وَاخْذُلْ مَنْ خَذَلَ الْمُسْلِمِيْنَ ودَمِّرْ أَعْدَآئَنَا وَأَعْدَآءَ الدِّيْنِ وأَعْلِ كَلِمَاتِكَ إِلَى يَوْمِ الدِّيْنِ. اللَّهُمَّ ادْفَعْ عَنَّا الْبَلاََءَ وَالْوَبَاءَ وَالزَّلاَزِلَ وَالْمِحَنَ وَسُوْءَ الْفِتْنَةِ مَا ظَهَرَ مِنْهَا وَمَا بَطَنَ عَنْ بَلَدِنا إِنْدُوْنِيْسِيَا خَآصَّةً وَعَنْ سَائِرِ الْبُلْدَانِ الْمُسْلِمِيْنَ عَآمَّةً يَا رَبَّ الْعَالَمِيْنَ.اَللَّهُمَّ آمِنَّا فِي أَوْطَانِنَا وَأَصْلِحْ أَئِمَّتَنَا وَوُلَاةَ أُمُوْرِنَا وَاجْعَلْ وِلَايَتَنَا فِيْمَنْ خَافَكَ وَاتَّقَاكَ وَاتَّبَعَ رِضَاكَ يَا رَبَّ العَالَمِيْنَ، اَللَّهُمَّ وَفِّقْ وَلِيَ أَمْرِنَا لِمَا تُحِبُّ وَتَرْضَى وَأَعِنْهُ عَلَى البِرِّ وَالتَقْوَى وَسَدِّدْهُ فِي أَقْوَالِهِ وَأَعْمَالِهِ يَا ذَا الجَلَالِ وَالإِكْرَامِ، اَللَّهُمَّ وَفِّقْ جَمِيْعَ وُلَاةَ أَمْرِ المُسْلِمِيْنَ لِلْعَمَلِ بِكِتَابِكَ وَاتِّبَاعِ سُنَّة نَبِيِّكَ صلى الله عليه وسلم، وَاجْعَلْهُمْ رَأْفَةً عَلَى عِبَادِكَ المُؤْمِنِيْنَ.
اللَّهُمَّ اغْفِرْ لِلْمُؤْمِنِيْنَ وَالْمُؤْمِنَاتِ وَالْمُسْلِمِيْنَ وَالْمُسْلِمَاتِ الأَحْيَآءِ مِنْهُمْ وَالأَمْوَاتِ, إِنَّكَ سَمِيْعٌ قَرِيْبٌ مَجِيْبُ الدَّعَوَاتِ. رَبَّنَا آتِنَا فِي الدُّنْيَا حَسَنَةً وَفِي الآخِرَةِ حَسَنَةً وَقِنَا عَذَابَ النَّارِ. عِبَادَ اللهِ! إِنََّ اللهَ يَأْمُرُ بِالْعَدْلِ وَالإِحْسَانِ وَإِيْتَآءِ ذِي الْقُرْبَى وَيَنْهَى عَنِ الْفَحْشَآءِ وَالْمُنْكَرِ وَالْبَغْيِ يَعِظُكُمْ لَعَلَّكُمْ تَذَكَّرُوْنَ, وَاذْكُرُوا اللهَ الْعَظِيْمَ يَذْكُرْكُمْ وَاشْكُرُوْهُ عَلَى نِعَمِهِ يَزِدْكُمْ وَاسْئَلُوْهُ مِنْ فَضْلِهِ يُعْطِكم, وَلَذِكرُ اللهِ أَكْبَرُ, وَاللهُ يَعْلَمُ مَا تَصْنَعُوْنَ.