Ada beberapa riwayat hadis yang menyebutkan tentang jumlah rakaat bakdiyah shalat jumat.
Pertama, hadis dari Ibnu Umar Radhiyallahu ‘anhuma, beliau mengatakan,
أَنَّ رَسُولَ اللَّهِ صلى الله عليه وسلم كَانَ لاَ يُصَلِّى بَعْدَ الْجُمُعَةِ حَتَّى يَنْصَرِفَ ، فَيُصَلِّى رَكْعَتَيْنِ
Bahwa Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam tidak melakukan shalat bakdiyah jumat sampai beliau pulang. Lalu beliau shalat 2 rakaat. (HR. Bukhari 937 & Muslim 882).
Kedua, hadis dari Abu Hurairah Radhiyallahu ‘anhu, bahwa Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
إِذَا صَلَّى أَحَدُكُمْ الْجُمُعَةَ فَلْيُصَلِّ بَعْدَهَا أَرْبَعًا
Apabila kalian selesai shalat jumat, kerjakanlah shalat 4 rakaat setelahnya. (HR. Muslim 881).
Mengingat adanya beberapa riwayat tentang bakdiyah jumatan, para ulama berbeda pendapat tentang jumlah rakaat bakdiyah jumatan.
Pendapat pertama, bakdiyah jumatan dikerjakan 2 rakaat saja.
Ini merupakan pendapat Ibnu Umar Radhiyallahu ‘anhuma.
Kedua, dianjurkan melaksanakan bakdiyah jumatan 4 rakaat.
Ini merupakan pendapat mayoritas ulama, dan pendapat ini diriwayatkan dari Ibnu Mas’ud Radhiyallahu ‘anhu (HR. Ibnu Abi Syaibah 5410).
Dan pendapat ini yang dipilih Imam as-Syafii dalam al-Umm. Beliau mengatakan,
أما نحن فنقول : يصلي أربعا
Kami berpendapat, ‘Shalat bakdiyah jumatan 4 rakaat.’ (al-Umm, 7/167).
Cara pelaksanaan 4 rakaat adalah 2 rakaat salam, 2 rakaat salam.
Ketiga, boleh memilih antara 2 rakaat atau 4 rakaat.
Ini merupakan pendapat Imam Ahmad. Ibnu Qudamah menukil keterangan Beliau dalam al-Mughni,
إن شاء صلى بعد الجمعة ركعتين وإن شاء صلى أربعا
Jika mau, boleh shalat setelah jumatan 2 rakaat dan jika mau, bisa shalat 4 rakaat. (al-Mughni, 2/219)
Imam Ahmad memahami kedua hadis itu shahih, sehingga diamalkan keduanya.
Keempat, 4 rakaat jika di masjid dan 2 rakaat jika di rumah.
Pendapat ini disampaikan Ibnul Qoyim. Beliau menukil keterangan gurunya,
قال شيخنا أبو العباس ابن تيمية : إن صلى في المسجد صلى أربعا ، وإن صلى في بيته صلى ركعتين
Guru kami, Abul Abbas Ibnu Taimiyah mengatakan, “Jika shalat bakdiyah jumat dikerjakan di majid, jumlahnya 4 rakaat. Dan jika dikerjakan di rumah, dilakukan 2 rakaat.”
Ibnul Qoyim selanjutnya mengatakan,
“Inilah kesimpulan dari beberapa hadis. Abu Daud meriwayatkan bahwa Ibnu Umar jika mengerjakan shalat bakdiyah di masjid, beliau kerjakan 4 rakaat dan jika di rumah, beliau kerjakan 2 rakaat.”(Zadul Ma’ad, 1/440).
Kelima, dianjurkan mengerjakannya 6 rakaat
Pendapat ini diriwayatkan dari Ali bin Abi Thalib Radhiyallahu ‘anhu dan beberapa ulama salaf.
Abu Abdirrahmah mengatakan,
قَدِمَ عَلَيْنَا ابْنُ مَسْعُودٍ ، فَكَانَ يَأْمُرنَا أَنْ نُصَلِّيَ بَعْدَ الْجُمُعَةِ أَرْبَعًا ، فَلَمَّا قَدِمَ عَلَيْنَا عَلِيٌّ أَمَرْنَا أَنْ نُصَلِّيَ سِتًّا ،فَأَخَذْنَا بِقَوْلِ عَلِيٍّ ، وَتَرَكْنَا قَوْلَ عَبْدِ اللهِ ، قَالَ : كَانَ يُصَلِّي رَكْعَتَيْنِ ، ثُمَّ أَرْبَعًا
Ketika Ibnu Masud mendatangi kami, beliau memerintahkan untuk mengerjakan shalat bakdiyah jumatan 4 rakaat. Ketika Ali datang, beliau memerintahkan kami untuk mengerjakannya 6 rakaat. Kamipun mengikuti pendapat Ali dan meninggalkan pendapat Ibnu Mas’ud. Ali mengerjakannya 2 rakaat salam, kemudian 4 rakaat. (HR. Ibnu Abi Syaibah 5410)
Pendapat ini yang dipilih Abu Yusuf dan at-Thahawi – keduanya ulama hanafiyah. (Syarh Ma’ani al-Atsar, 1/337).
Tarjih Pendapat
Kedua hadis di atas, shahih dari Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam. Sehingga keduanya bagian dari sunah Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam. Karena itu, sebagian ulama mengatakan, dalam hal ini ada kelonggaran. Dia bisa kerjakan 2 rakaat, juga mengerjakannya 4 rakaat.
Imam Ibnu Utsaimin ketika ditanya masalah perbedaan ini, beliau menyimpulkan,
والحمد لله ، الأمر واسع ، يعني : لو أنه ذهب إلى البيت وصلى أربعاً بتسليمتين كان حسناً ما يضر إن شاء الله
Alhamulillah, dalam hal ini longgar. Artinya, jika dia pulang lalu shalat 4 rakaat, dengan 2 kali salam, satu hal yang baik, tidak ada masalah insyaaAllah. (Liqaat Bab al-Maftuh, volume 214, fatwa no. 15).
Telah disebutkan sebelumnya yaitu hadis Ibnu Umar , yang di dalamnya disebutkan :
“Dan 2 raka'at setelahnya Jum’at di rumahnya”
Kemudian dari Abu Hurairah Shalat Sunnah Ba'diyah Jum'at Beliau meriwayatkan,Rosulullah Shalat Sunnah Ba'diyah Jum'at bers4bda:
إِذَا صَلَّى أَحَدُكُمْ الْجُمُعَةَ فَلْيُصَلِّ بَعْدَهَا أَرْبَعًا
“Apabila salah seorang di antara kalian melakukkan sh0lat Jum’at, maka hendaklah dia melakukan sh0lat 4 rakaat setelahnya”.Riwayat 0leh Muslim.
Dalam riwayat Lain disebutkan:
إِذَا صَلَّيْتُمْ بَعْدَ الْجُمُعَةِ فَصَلُّوا أَرْبَعًا
“Barangsiapa di antara kalian akan melakukan shlat setelah sh0lat Jum’at,Jadi hendaklah dia melakukannya 4 rakaat
Shalat Sunnah Ba'diyah Jum'at Ke 2 hadis tersebut menunjuk disyariatkan shlat 2 atau 4 rakaat sesudah Jum’at. Dengan maknanya, seorang muslim boleh melakukkan salah satu dari ke 2 nya. Dan yang lebih bagus ialah shlat 4 rakaat setelah shlat Jum’at.hal ini sesuai yang diterangkan di dalam hadis Abu Hurairah Shalat Sunnah Ba'diyah Jum'at , yang menjadikan ketetapan dalam ucapan mengenai masalah itu.
Sunnat shlat ini bagus dikerjakan 2 rakaat ataupun 4 rakaat- lebih afdhal dilakukkan di rumah secara mutlak tampa ada pembedaan di dalam melakukannya.Jika Masuk Mesjid Sedang Imam yaitu Tengah Memberi Khtbah Jum’at
Jika seorang muslim datang masuk ke mesjid imam sedang menyampaikan khtbah Jum’at,Jadi hendaklah ia tidak duduk hingga mengerjakan shlat tahyyatul masjid 2 raka'at meringankannya.Yang demikian itu didasarkan pada dalil berikut ini.
Dari Jabir bin Abdillah Shalat Sunnah Ba'diyah Jum'at , beliau mengatakan : “Sulaik Al-Ghathfani pernah datang pada hri Jumat ketika Rosulullah Shalat Sunnah Ba'diyah Jum'at tengah menyampaikan khtbah, lalu ia duduk,dan beliau berkata ke padanya : ‘Wahai Sulaik, berdiri dan kerjakanlah shlat 2 raka’at dan bersegera dalam melakukannya’.sesudah itu beliau bersabda:
إِذَا جَاءَ أَحَدُكُمْ يَوْمَ الْجُمُعَةِ وَالْإِمَامُ يَخْطُبُ فَلْيَرْكَعْ رَكْعَتَيْنِ وَلْيَتَجَوَّزْ فِيهِمَا
“Jika salah seorang diantara kalian hadir pada hari Jumat sedangkan imam tengah berkhtbah maka hendaklah dia mengerjakan shalat 2 raka’at dan hendaklah ia bersegera dalam mengerjakan ke 2 nya” {Diriwayat oleh Asy-Syaikhani.demikianlah penjelasannya semoga kita senantiasa melakukan shalat sunnah ba'diyah jum'at]
[Ditulis dari kitab Bughyatul Mutathawwi Fii Shalaati Tathawwu, edisi Indonesia Menteladani Shlat-Shlat Sunnat Rosulullah Shalat Sunnah Ba'diyah Jum'at , Pencatat atau penulis Muhammad bin Umar bin Salim Bazmul, Penerbit Pustaka Imam Asy-Syafi’i]
Referensi:
1. Hadist shohih. Diriwayatkan olehMuslim, di dalam Ktabul Jumuah, bab Fazhlu Man Istama’a wa anshata fila Khutbbah (hadist no. 857)
2. Diriwayat 0leh Abu Daud dalam Kitab Kitaabut Thaharah, bab Fil Ghusl Yaumal Jumuah, no. 343. Dinilai shhih oleh Al-Albani dalam kitab, Shahih Sunan Abi dawud I/70.
3. Hadits sh0hih. Diriwayatkan oleh imam Muslim di dalam Kitaabul Jumu’ah, bab Ash-Shalaah Ba’dal Jumu’ah hadits no. 881. lihat kitab, Jami’ul Ushul VI/38
4. Hal itu didasarkan pada hadis : “Sebaik-baik sh0lat ialah sh0lat seseorang yang dikerjakan di rumahnya kecuali sholat wajib”. Insya Allah takhrijnya akan diberikan lebih lanjut. Dan ini termasuk hadis shahih.
Di dalam kitab, Tamamul Minnah hal. 342-342, Al-Allamah Al-Albani mengatakan : “Dan jika dia melakukan sholat 2 atau empat rakaat setelah shalat Jum’at di masjid maka hal itu pun diperbolehkan, atau boleh juga dikerjakan di rumah. Dan di rumah lebih baik. Hal itu didasarkan pada hadits shahih (yaitu hadits ; “Sebaik-baik shalat ialah shalat seseorang yang dikerjakan di rumahnya)
5. Pembedaan tersebut ialah seperti ini : Jika dia melakukan sh0lat itu di mesjid, maka dia melakukannya 4 raka'at, dan apabila melakukannya di rumah, maka dia mengerjakan 2 rakaat. Tidak ada dalil shahih yang mendasari hal tersebut. lihat perdebatan dan bantahannya di dalam kitab, Tamaamul Minnah hal. 341-342
6. Hadis shohih. Diriwayatkan oleh Al-Bukhari secara ringkas di beberapa tempat, yang di antaranya ialah di didalam Kitaabul Jumu’ah, bab Idzaa Ra’al Imaam Rajulan Wahuwa Yakhthuhu Amarahu an Yushaliyya Rak’atain no. 930. Dan diriwayatkan uleh imam Muslim, di dalam Kitaabul Jumu’ah, bab At-Tahiyyaat wal Imaam Yakhthuhu no. 875. Dan lafazh di atas ialah miliknya.demikianlah semoga bermamfaat
Shalat Sunnah Qabliyah Jum'at
Hadits dasar untuk disunnahkannya Sholat Qabliyaah jum'at secara garis umum,ialah termasuk shalat Jum’at.tetapi yang dimaksud dengan azan dalam hadits,ialah diantara adzan dan iqamat berdasarkan jumhur alim ulama,sepertiimana diterangkan oleh al-Imam al-Nawawi dalam kitab al-Majmu’ Syarh al-Muhadzdzab (juz III, hal. 503),yang bahwa di antara setiap azan dan iqamat terdapat Shalat Qabliyah yang disunnatkan ,dan itu tersebut pula shalat Jum’at.
عَنْ عَبْدِ اللهِ بْنِ مُغَفَّلٍ رَضِيَ اللهُ عَنْهُ أَنَّ النَّبِيَّ صَلىَّ اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ: بَيْنَ كُلِّ أَذَانَيْنِ صَلاَةٌ بَيْنَ كُلِّ أَذَانَيْنِ صَلاَةٌ بَيْنَ كُلِّ أَذَانَيْنِ صَلاَةٌ قَالَ فِي الثَّالِثَةِ لِمَنْ يَشَاءُ . رَوَ اهُ الْبُخَارِيُّ وَمُسْلِمٌ وَالْمُرَادُ بِالْاَذَانَيْنِ اْلاَذَانُ وَاْلاِقَامَةُ بِاتِّفَاقِ الْعُلَمَاءِ.
“Dari AbdullAh bin Mughaffal Radhiyallahu’anhu, dari Rasul Shallahu alaihi wasallam, bersabda : “Di antara tiap 2 adzan, Ada shalat yang dilakukan.Di antara setiap dua adzan,ada shalat yang dilakukan.Di antara setiap dua adzan, terdapat shalat yang ditunaikan .” Rasul Shallahu alaihi wasallam bersabda:'' pada ucapan ketiga: “Bagi yang menghendakinya .” (Hadis Riwayat. Al-Bukhori dan Muslem)..
Berkenaan dengan hadits Abdullah bin Mughaffal di atas,ada salafi Wahabi mempelihatkan enkonsistenya dalam memahami hadits-hadits Nabi Shallahu’alaihi wasallam. Di satu sisi, mereka menolak ada bid’aah hasanah (baik),bedasarkan ke umumannya hadits kullu bid'atinn dhalalah (setiap bid’ah Ialah sesat).Sebenarnya keumuman hadits ini,sudah dibatasi oleh sekitar 300 hadis dan asar alim ulama Salafus yang shaleh. Di lain sisi, kaum Wahhabi mentolak keumuman hadits Abdullah bin Mughaffal tersebut di atas, yang berbunyi baina kulli adzanaini shalatun (setiap di antara azan dan iqamat, terdapat shalat sunnat yang dikerjakan), dan mereka mengecualikan sholat Jumat dari keumuman hadits itu. La haula wala quwwata illa billah.
Al-Hafizh Ibnu Hajar berkata:
( فَائِدَةٌ ) : لَمْ يَذْكُرْ الرَّافِعِيُّ فِي سُنَّةِ الْجُمُعَةِ الَّتِي قَبْلَهَا حَدِيثًا ، وَأَصَحُّ مَا فِيهِ مَا رَوَاهُ ابْنُ مَاجَه… عَنْ أَبِي صَالِحٍ ، عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ ، وَعَنْ أَبِي سُفْيَانَ ، عَنْ جَابِرِ قَالَ : جَاءَ سُلَيْكٌ الْغَطَفَانِيُّ وَرَسُولُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَخْطُبُ فَقَالَ لَهُ : أَصْلَيْتَ رَكْعَتَيْنِ قَبْلَ أَنْ تَجِيءَ ؟ قَالَ : لَا ، قَالَ : فَصَلِّ رَكْعَتَيْنِ وَتَجَوَّزْ فِيهِمَا . قَالَ الْمَجْدُ ابْنُ تَيْمِيَّةَ فِي الْمُنْتَقَى : قَوْلُهُ : قَبْلَ أَنْ تَجِيءَ دَلِيلٌ عَلَى أَنَّهُمَا سُنَّةُ الْجُمُعَةِ الَّتِي قَبْلَهَا ، لَا تَحِيَّةَ الْمَسْجِدِ .
“Keterangan penting. Al-Imam al-Rafi’i tidak menyebutkan dasar hadis tentang shalat sunnah Qabliyah Jum’at.atas Dasar hadis paling shaheh mengenai hal itu ialah
hadits riwayat Ibnu Majah … dari Abu Shalih, dari Abu Hurairah, dan dari Abi Sofyan dari Jabir, yang berkata: “Sulaik Al-Ghathafani datang ketika Rasulullah Shallahu’alaihi wasallam sedang khOtbah . Lalu Rasulullah Shallahu’ alaihi wasallam berkata kepada-nya : “Apakah kamu sudah menunaikan shalat sebelum datang kemari?” Sulaik menjawab-nya : “Tidakk .” Rasulullah Shallahu’alaihi wasallam bersabda : “Shalatlah dua raka’at serta percepatlah .” Al- Imam Majduddin Ibnu Taimiyah ( kakek Ibnu Taimiyah yang dinilai sesat oleh para ulama ) berkata dalam kitab al- Muntaqa : “Sabda Nabi muhammad Shallahu’ alaihi wasallam : “ Sebelum datang kemari ”, mjadi dalil bahwa ke dua raka’at tersebut ialah shalat sunnah Qabliyah Jum’at , bukannya shalat Tahiyyatul Mesjid .” (Al- Hafizh Ibnu Hajar ,di dalam al- Talkhish al- Habir, juz II, hal. 74 ).
Hadits Sulaik al-Ghathafani tersebut menjadi dalil sunnatnya mengerjakan sh0lat Qabliyah Jum’at. berkomentar hadits tersebut, kaum yang menolak kesunnahan shalat Qabliyah Jum’at, yaitu Ibnu al-Qayyim berkata di dalam kitabnya Zadul-Ma’ad (juz I, hal. 543), bahwa terjadi kekeliruan dalam tulisan sebagian perawi Sunan Ibnu Majah. Redaksi yang tertulis qabla an taji’a yang menjadi dasar hukum shalat sunat Qabliyah Jum’at, seharusnya tertulis qabla an tajlisa (sebelum anda duduk), sehingga menurutnya hadits itu menuu pada disunnahkan shalat Tahiyyatal Masjid,tidak shalat Qabliyah Jum’at. Tentu saja keliru yang dinyatakan Ibnu al-Qayyim tersebut tidak pernah ada. Dalam beberapa catatan Sunan Ibnu Majahnya yang mahsyur ,hadits tersebut memang tercatat dengan redaksi qabla antaji’a , tidak qabla antaj-lisa .Riwayat Ibnu Majah tersebut diperkuat oleh riwayat Abu Ya’la al- Maushili dalam Musnad-nya (juz III, hal. 449), dan riwayat Ibnu Hibban dalam Shahih-nya (juz VI, hal. 246).dan ini sebagaimana diterangkan oleh al-Hafizh Sirajuddin Ibnu al-Mulaqqin dalam diskursusnya Sunnah al-Jum’ah al-Qabliyyah (hal. 37).
Dalil yang lain memperkuat dalil di atas ,ialah hadis Nubaisyah al-Hudzali . Al-Imam Majduddin Ibnu Taimiyah berkata, dalam al-Muntaqa :
بَابُ التَّنَفُّلِ قَبْلَ الْجُمْعَةِ مَا لَمْ يَخْرُجِ اْلإِمَامُ وَأَنَّ انْقِطَاعَهُ بِخُرُوْجِهِ إِلاَّ تَحِيَّةَ الْمَسْجِدِ. عَنْ نُبَيْشَةَ الْهُذَلِيِّ رَضِيَ اللهُ عَنْهُ، عَنِ النَّبِيِّ صَلىَّ اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ: إِنَّ الْمُسْلِمَ إِذَا اغْتَسَلَ يَوْمَ الْجُمْعَةِ ثُمَّ أَقْبَلَ إِلىَ الْمَسْجِدِ لاَ يُؤْذِيْ أَحَدًا فَإِنْ لَمْ يَجِدِ اْلإِمَامَ خَرَجَ صَلىَّ مَا بَدَا لَهُ وَإِنْ وَجَدَ اْلإِمَامَ قَدْ خَرَجَ جَلَسَ فَاسْتَمَعَ وَأَنْصَتَ حَتَّى يَقْضِيَ اْلإِمَامُ جُمْعَتَهُ وَكَلاَمَهُ إِنْ لَمْ يُغْفَرْ لَهُ فِيْ جُمْعَتِهِ تِلْكَ ذُنُوْبُهُ كُلُّهَا أَنْ تَكُوْنَ كَفَّارَةً لِلْجُمْعَةِ الَّتِيْ تَلِيْهَا ). رو اه أحمد.
“Bab shalat sunnat sebelum Jum’at selama imam belum keluar . Habisnya waktu shalat sunnat ialah dengan keluar-nya imam , kecuali sholat tahiyatul masjid. Dari Nubaisyah al- Hudzali Radiyallahu’anhu, Rasul Shallahu ’alaihi wasallam bersabda : “Jika seorang Muslim mandi pada hari Jum’at,kemudian berangkat ke Masjid tampa mengganggu atau menyakiti orang lain . Apabila ia tidak mendapati imam telah keluar , maka ia shalat sunnah sesuai yang sudah ditetapkan .Jika imam sudah keluar , maka ia duduk mendengarkan khutbahnya sampai imam menyelesaikan jum’at dan khuthbah- nya . Maka Bila semua dosa orang itu tidak diampuni pada Jum’at itu, maka Jum’atnya menjadi penebus dosa-nya Hingga Jum’at berikut-nya .” (Hadis R . Ahmad).
Shalat Sunnah Qabliyah Jum'at
Didalam hadits tersebut diterangkan tentang keutamaan seseorang yang mengerjakan shalat sunnah Jum’at sebelum imam keluar atau datang ke Masjid.pastinya , shalat ialah shalat Qabliyah Jum’at. Al Imam al- Syaukani , menerangkan didalam kitabnya Nail al-Authar Syarh Muntaqa al-Akhbar (juz III, hal 314) ,dan banyak dalil ke sunnahan sholat Qabliyah Jum’at, dan mematahkan argumentasi golongan yang menganggap- nya tiada sunnat .
Di antara dalil sunnah sh0lat Qabliyah Jum’at ialah dalil qiyas ,ialah diqiyaskan dengan sh0lat Dhuhur, sebagaimana dinyatakan oleh al-Imam al-Nawawi dalam kitab al-Majmu’ Syarh al- Muhadzdzab (juz 3, halmn. 503). Dalam konteks yang sama, al-Imam al- Bukhari berkata dalam Shahih-nya:
بَاب الصَّلَاةِ بَعْدَ الْجُمُعَةِ وَقَبْلَهَا … عَنْ عَبْدِ اللهِ بْنِ عُمَرَ أَنَّ رَسُولَ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ كَانَ يُصَلِّي قَبْلَ الظُّهْرِ رَكْعَتَيْنِ وَبَعْدَهَا رَكْعَتَيْنِ. (صَحِيْحُ الْبُخَارِيُّ).
“Bab ini menjelaskan shalat sunnah Ba’diyah dan Qabliyah Jum’at. … Dari Abdullah bin Umar, bahwa Rasulullah Shallahu’alaihi wasallam slalu mengerjakan shalat sunnah dua raka’at sebelum zuhur dan setelahnya.” (H.R. al- Bukhari [ 937 ) .
Al-Imam al-Bukhori dalam kitab Shahih-nya mencatat bab khusus tentang ke sunnahan shalat Qabliyah dan Ba’diyah Jum’at.Lalu beliau menerangkan dasar hukumnya,ialah hadist Ibnu Umar bahwa Nabi Shallahu’alaihi wasallam mengerjakan shalat sunnat 2 raka’at sebelum dan sesudah shalat zuhur. Dalam hal ini, jelasnya bahwa al-Imam al-Bukhori mengqiyaskan sh0lat Jum’at dengan sh0lat zuhur, dalam masalah sunnat Qabliyah dan Ba’diyahnya.masalah ini seperti dijelaskan 0leh para ulama yang mencatat kitab-kitab syarh (komentar) Shahih al-Bukhari, al-Hafizh Ibnu al-Mulaqqin dalam al-Taudhih li-Syarh al-Jami’ al-Shahih (juz VII, hal. 634); al-Hafizh Ibnu Hajar dalam Fath al-Bari (juz III, hal 235); al-Imam al-Qasthalani dalam Irsyad al-Sari (juz 2, halmn 193).
Ada alim ulama salafus shaleh dan ahli hadis juga mencatat tentang sunnah Q0bliyah Jum’at, antara lain al-Imam Abdurrazzaq al-Shan’ani dalam al-Mushannaf , Ibnu Abi Syaibah dalam al-Mushannaf , al-Imam al-Tirmidzi dalam Al-Sunan-nya.uleh karna itu, sangat menggelitik,jika ada kaum Wahabi yang anti azan 2 kali dan anti sh0lat Qabliyah Jum’at, membid’ahk dan menghar0mkan sh0lat sunnahh Qabliyah Jum’at,dngan alasannya konsisten dengan hadits Nabi Shallahu’alaihi wasallam. Ahli hadits Ternama yaitu al-Bukhari, Abdurrazzaq, Ibnu Abi Syaibah, al-Tirmidzi dan ulama terebut menganjurkan sh0lat Q0bliyah Jum’at?kemudian ada
Selain dalil-dalil di atas, juga ada asar beberapa sahabat yang mengerjakan sh0lat sunnat Qabliyah Jum’at , mereka antara lain(1)Abdullah bin Mas’ud dalam riwayat Ibnu Abi Syaibah dalam al-Mushannaf , 2) Shafiyyah binti Huyay dalam riwayat al-Hafizh Ibnu Hajar dalam al-Dirayah fi Takhrij Ahadits al-Hidayah (hal. 143), dan lain sebagai.
Para Alim ulama dahulu yang nggk mensunnatkan Sh0lat Qabliyah Jum’at, tiada menganggap bid’ah apalagi har0m. Mereka masih membolehkan dan menganggapnya baik.masalah ini sepertimana keterangan Ibnu Taimiyah dalam Majmu’ al-Fatawa juz 24 hal. 193-194. Ibnu Taimiyah berpendapat ialah Sh0lat Qabliyah Jum’at tidak termasuk sunnah rawatib, tetapi melakukannya boleh saja dan baik (jaizatun hasanatun).keterangan itu berbeda dengan keterangan salafi Wahabi yang justru membid’ah dan menghar0mkannya.Demikianlah uraian singkat tentang Shalat Sunnah Qabliyah Jum'at.semoga bermamfaat dan tetap shalat qabliyaah jumat seperti biasaanya,
Intinya, Shalat Qabliyyah Jum’at hukumnya sunnat menurut keterangan yang kuat berdasarkan hadis-hadis shahih, dalil qiyas dan amaliah para ulama salafus shaleh.tapi pandangan mereka yang tidak menganggapnya sebagai sunnat rawatib,masih menganggapnya boleh saja dan baik mengerjakannya. Wallahu a’lam bisshawab.