Akidah Islam Membimbing Umatnya Agar Hidupnya Terarah
Pujilah kehadiran Allah atas segala kelimpahan rahmat dan rahmatNya kepada kita semua. Doa dan ucapan salam selalu ditujukan kepada Nabi Muhammad s.a.w. sebagai utusan Tuhan yang dijanjikan. Dan juga kepada kawan-kawan, tabi'ut, tabi'in dan semua pengikutnya sampai akhir masa depan.
Pendahuluan
Alla <h} h} uakbar Alla> h} h} uakbar walillah} h} inspirasi. Fitrah berasal dari perkataan fathara, yang bermaksud "untuk membuka" atau "untuk mempertahankan", kadang-kadang ditafsirkan sebagai "kembali ke normal", kehidupan manusia yang memenuhi kehidupan fizikal dan rohani yang seimbang. Sedangkan jika berkaitan dengan puasa, maka tujuan fithri / fitroh di sini adalah "kembali untuk mematahkan puasa", yang sekali lagi memungkinkan apa yang dilarang dalam ketentuan puasa seperti ibadah, makan, minum. Kadang kala fithrah juga mengandungi tanggapan "yang pada asalnya diciptakan", atau "keadaan permulaan", "asal" atau "asal", sebagaimana Tuhan berfirman dalam Q., s. ayat al-An'am, 79.
“Aku hadapkan wajahku kepada (Allah) yang menciptakan langit dan bumi dengan penuh kepasrahan (mengikuti) agama yang haniifa (benar/lurus), dan aku bukanlah termasuk orang-orang yang mempersekutukan Allah”.
Istilah fitrah dapat kita pahami pada surat lain, yang kebanyakan orang mengatakan sebagai ayat sentralnya yaitu yang terdapat dalam Q., s. ar-Ruum ayat 30.
“Maka hadapkanlah (tegakan) wajahmu dengan lurus kepada agama (Islam); (sesuai) fithrah Allah disebabkan dia telah menciptakan manusia menurut (fithrah) itu. Tidak ada perubahan pada ciptaan Allah. (itulah) agama yang lurus, tetapi kebanyakan manusia tidak mengetahui”.
Dalam tafsir The Holy Qur’an al-Fatih, dikatakan bahwa yang dimaksud fitrah Allah adalah ciptaan Allah. Manusia diciptakan Allah memiliki naluri beragama yaitu agama tauhid, kalau ada manusia tidak beragama maka itu tidak wajar.[2] Kefitrahan akan manusia itu ditunjukan pula dalam firman-Nya, surah al-A’raf ayat 172.
“Dan ingatlah ketika Tuhanmu mengeluarkan dari sulbi (tulang belakang) anak cucu Adam keturunan mereka dan Allah mengambil kesaksian terhadap roh mereka (seraya berfirman). “Buknkah aku ini Tuhanmu?” Mereka menjawab, “betul (engkau Tuhan kami), kami bersaksi”. (kami lakukan yang demikian itu) agar di hari kiamat kamu tidak mengatakan, sesungguhnya ketika itu kami lengap terhadap ini”.
Jadi dapat disimpulkan bahwa kecenderungan asal atau dasar manusia adalah untuk menyembah Tuhan Yang Maha Esa yang telah menciptakan dan membuat segala sesuatu. Apabila manusia mencari makna hidup, kecenderungan manusia adalah mencari Tuhan Yang Maha Kuasa.
Dalam peluang khutbah ini, pengkhotbah akan menyampaikan beberapa perkara yang akan menjadi panduan hidup bagi kita semua dalam memahami pentingnya kembali kepada sifat manusia.
Menuju Fitrah Manusia
Alla <h} h} uakbar Alla> h} h} uakbar walillah} h} inspirasi. Manusia (an-naas, insan) adalah makhluk yang dicipta oleh Tuhan s.w.t. daripada belas kasihan, dari apa-apa yang wujud. Manusia telah dicipta oleh Tuhan, menurut Prof. Naquib al-Attas, seorang cendekiawan Indonesia yang tinggal di Malaysia, mengatakan bahawa kelahiran manusia mempunyai hutang, jadi orang-orang terikat dengan hutang itu sendiri kepada mereka yang menciptanya. Membebaskan diri dengan penyerahan diri (Muslim) mengikuti Dia (Tawhid), adalah usaha pembebasan manusia.
Fitrah yang diambil dari kata fathara yafthuru yang juga bermaksud "untuk mencipta", telah membawa manusia ke dimensi kehidupan yang dipenuhi dengan nilai-nilai Islam. Hubungan dengan puasa yang berakhir dengan doa Eid al-Fitr, itu berarti ia telah kembali ke fithrahnya atau kembali kepada kesuciannya sebagai makhluk yang berasal dari kelahiran tanpa dosa atau kesilapan atau kesilapan yang sedikit. Dalam Firman-Nya, keintiman manusia terutama ditunjukkan dalam Q., s. al-A'raf ayat 172 (boleh dibaca di atas). Selepas puasa (dalam pengertian sebenar puasa) Nabi sendiri telah memberi amaran bahawa dosa lalu akan diampuni. Sebagaimana yang telah diriwayatkan oleh Abu Hurairah demikian:
“Barang siapa shaum Ramadhan karena keimanan dan semata-mata mengharap ridha Allah, niscaya diampuni dosa-dosanya yang telah lalu.[3]
Dengan penjelasan Nabi s.a.w. itu, maka ke arah akan keintiman manusia akan semakin direalisasikan dengan mengakhiri doa Idul Fitri. Walau bagaimanapun, setelah kembali kepada sifatnya, tentu saja tidak meninggalkan semua kegiatan yang biasanya dilakukan dalam puasa seperti menghafal, membaca al-Qur'an, shalat malam, sedekah, infaq, sedekah, makan bersama, dll. Tetapi selepas merayakan hari kemenangan (doa Eid al-Fitr), ia memerlukan komitmen untuk meneruskan dan mengoptimumkan hasil ibadah puasa dari segi fizikal, moral dan rohani.
Optimalisasi Ibadah kepada Allah
Alla<h} h}uakbar Alla>h} h}uakbar walilla>h} h}ilham
a. Ibadah shalat
Ibadah shalat menjadi paruh utama dalam menjalankan segala aktifitas lain agar senantiasa manusia dijauhkan dari segala perbuatan yang tidak diridhai Allah s.w.t. Sehingga tidak salah jika dalam perintah-Nya, aki>mu as-shala>t atau “dirikanlah shalat”. Tentu saja istilah “dirikan” berbeda dengan istilah “melakukan” atau “laksanakan”. Secara umum istilah “mendirikan”, memberi konotasi “membangun”, “menjadikan”, “mengokohkan” dan dapat dipahami bahwa membangun tidak akan terwujud jika tidak dengan sikap serius, sungguh-sungguh, hati-hati, dan penuh dengan ketelitian. Islam mengajarkan shalat sebagai tiang agama (assala>tu imaddudi>n), berislam tanpa shalat pasti pincang dan tidak sah. Penganut Islam atau disebut orang muslim, jika tidak menegakan shalat, dapat disimpulkan secara sederhana bahwa ia sedang merobohkan tiang agamanya (rumah) sendiri. Sehingga aktifitas berupa ibadah shalat ini menjadi satu keseriusan yang harus tertanam dalam setiap jiwa muslim. ketika shalatnya tidak diseriusi, tentu saja imbasnya tidak hanya bagi dirinya sendiri, tetapi juga pada orang lain disekelilingnya dan lebih jauhnya pada masyarakat umum (kolektif). Dilihat pada segi manfaat atau keutaman shalat, Allah telah menyatakan shalat sebagai pencegah sebagaimana dalam firman-Nya demikian,
“Bacalah apa yang telah diwahyukan kepadamu, yaitu Al Kitab (Al-Qur'an) dan dirikanlah shalat. Sesungguhnya shalat itu mencegah dari (perbuatan-perbuatan) keji dan mungkar. Dan sesungguhnya mengingat Allah (shalat) adalah lebih besar (keutamaannya dari ibadat-ibadat yang lain). Dan Allah mengetahui apa yang kamu kerjakan”.
Ibadah shalat sebagai benteng umat agar senantiasa menjauhi perbuatan-perbuatan yang tidak diridhai Allah s.w.t. Dengan shalat ini lah kiranya akan mampu menjadikan manusia-manusia yang memiliki perilaku-moral yang baik, yaitu moral dRasulullah s.a.w. Sehingga menjawab persoalan yang sekarang sedang semarak dapat diselesaikan atau setidaknya terminimalisir. Seperti yang kita ketahui, semaraknya virus LGBT (Lesbian, Gay, Biseksual, dan Transgender) di Indonesia, khususnya di kota-kota seperti Jakarta, Bandung dsb. Semaraknya virus kaum Nabi Luth yang semakin semarak terjadi itu sebagaimana telah dikatakan oleh ketua MUI Jabar dan begitu pula oleh ketua MUI Aceh. Majelis Ulama Indonesia, kiranya dipermulaan abad 21 ini, semakin disibukan oleh persoalan umat yang semakin gencar dan mengalir bagaikan air yang dikocorkan dari keran. Menanamkan keseriusan dan ketelitiaan ibadah shalat pun menjadi bagaian yang perlu digalakan demi menumpas perilaku-perilaku yang menyimpang.
b. Memperkuat ukhuwah Islamiyyah
Memperkuat tali persodaraan, solidaritas umat atau disebut juga ukhuwah islamiyyah, menjadi hal yang urjen pula dalam hidup Islam. Dan apalagi diabad modern ini yang senantiasa dihinggapi oleh persoalan-persoalan. Seperti yang kita kenal dalam realitas, timbulnya perpecahan dikalangan umat muslim barangkali menjadi sebuah bukti akan kurangnya mengoptimalisasikan ukhuwah sesama muslim. Tidak hanya itu, kaum-kaum lemah, orang fakir, miskin, ketidak adilan dan sebagainya yang masih nampak dalam setiap langkah kita, barangkali menjadi satu keprihatinan yang kiranya kurang mendapatkan perhatian serius kaum muslim. Sehingga nilai ukhuwah sesame muslim pun menjadi tidak Nampak.
Pada masa yang sama, kadang kala ukhuwah Islamiyyah hanya dipahami dalam skop kecil dan sempit. Seolah-olah telah bertemu kawan rapat telah dilepaskan untuk melakukan ukhuwah Islamiyyah. Sudah tentu persepsi ini tidak sesuai dalam konteks Islam yang rahmatan lilalamin yang rahmatnya untuk alam semesta, dan bukan Islam yang mempunyai skop sempit seperti Islam lilmuslimin atau Islam Nusantara. Perpaduan Ukhuwah Islamiyyah adalah perpaduan yang berkaitan dengan semua kegiatan yang berkaitan dengan hubungan manusia dengan manusia lain, dan terutama umat Islam dengan umat Islam, seperti selalu mengingatkan, memberi perhatian kepada yang lemah (baik yang miskin, mustadafin atau mustakbirin), menghancurkan ketidakadilan sosial, kelaparan, kemiskinan , kepalsuan, tidak bermoral, perjudian, penurunan moral dan sebagainya.
Jadi optimisis dalam kerangka ukhuwah islamiyyah bukan hanya kesadaran akan kedekatan keluarga A dengan keluarga B, jauh dari itu adalah bagaimana memanusiasi manusia dalam nilai-nilai Islam. Di sinilah istilah humanization memainkan peranan manusia yang semakin meningkat yang menjadikan had Islam. Dalam falsafah Jawa Barat, kita tahu tiga istilah; benci, benci, mengasah. Silih Asih, bermakna Pikanyaah, pikaasih penautan, psikologi penolakan (saling mencintaimu), Silih Asuh bermaksud menjaga satu sama lain, menjaga, memelihara, membimbing satu sama lain. Dan Silih Asah bermaksud meningkatkan pengetahuan, mengasah pengetahuan, meningkatkan pengalaman, meningkatkan kemahiran dan meningkatkan kualiti pemikiran,
Falsafah ini diiktiraf oleh ramai orang sebagai ciri masyarakat Sunda yang mempunyai nilai moral tinggi. Dengan cara itu rakyat Sunda juga harus kembali kepada ciri atau identiti mereka. Ini mungkin antara nilai yang membina yang perlu dioptimumkan semula sebagai manusia fitri.
c. Memperkuat Akidah
Selain ibadah sholat dan ukhuwah Islamiyyah, proses pengoptimalisasian akidah, juga menjadi wajib adanya. Memperkuat akidah disini dimaksudkan pada “komitmen” dan “teliti”, senantiasa menjadikan al-Qur’an dan Sunnah sebagai panduan, rujukan, batasan, referensi, atau juga sebagai hudan dan furqan. Segala persoalan yang dihinggapi umat muslim senantiasa dikembalikan pada kedua panduan itu. Rasulullah s.a.w. diakhir hayatnya mengingatkan kepada kita,
تركت فيكم امرين لن تضلوا ما تمسكتم بهما كتاب الله و سنة نبيه
“Telah aku tinggalkan dua perkara yang tidak akan membawa kalian kejalan yang sesat, yaitu al-Qur’an dan Sunnah”. (Hr. Malik).
Al-Qur'an dan Sunnah yang akan menjadi panduan untuk menyembah dan menyelesaikan segala masalah kehidupan dalam ekonomi, politik, budaya, pendidikan dan sebagainya. keseriusan komitmen itu, tentu saja, ditunjukkan dengan melakukan dan mengelakkan segala yang dilarang-Nya. Seperti contohnya, tidak melakukan musrikrik yang kecil dan besar. Maka secara tidak langsung "komitmen" menjadi representasi dari realisasi iman yang kuat dan benar.
Kita telah lama berjumpa, sekolah-sekolah yang jelas bertentangan dengan Al-Qur'an dan Sunnah kerana MUI mempunyai fatwa. Sebagai contoh, Ahmadiyah, Shia, JIL, ISIS, dan JIN (Nusantara Islamic Network) telah muncul baru-baru ini, [4] semuanya berpandangan pemikiran yang tidak sedikit bertentangan dengan akidah Islam atau al-Qur'an dan Sunnah. Tidak memberi sikap yang teliti dan kritikal terhadapnya, mungkin akan menjadi pengikutnya yang sebenarnya, yang akan menghapuskan komitmen akidah Islam. Jadi untuk mengelakkan menjadi sebahagian daripada usaha untuk menyelamatkan iman orang. Di sinilah rakyat mempunyai peranan penting dalam menanggapi atau mengkritik fenomena yang berlaku setakat ini yang dikaji semula dalam perspektif kepercayaan Islam.
Kesimpulan
1. Manusia adalah makhluk semulajadi yang mempunyai niat dan makna yang tersembunyi tersembunyi, mereka cenderung mencari kebenaran dan mencari Tuhan mereka berdasarkan hati. Malas akan mendapati kebenaran tidak semulajadi sebagai makhluk semulajadi. Walaupun begitu, sikap dan tingkah laku yang tidak menyesuaikan diri dengan alam semula jadi sangat luar biasa. Sifat manusia sentiasa menjadi hamba kepada mereka yang telah menciptakannya, Allah s.w.t. sebagai sebahagian daripada pembebasan manusia. Berikanlah cara untuk membuat tauhid, lakukan dan menjauhkan diri dari apa yang telah diperintahkan dan apa yang diharamkan oleh Tuhan s.w.t.
2. Setelah jiwa manusia kembali ke fitri, pengoptimuman dalam bentuk doa, menguatkan ukhuwah dan mempertahankan atau memperkuat akidah, menjadi wajib sebagai bagian dari tindak lanjut untuk menyelesaikan puasa. Perkara yang paling asas mengenai pengoptimuman adalah untuk mengukuhkan kepercayaan Islam kita semua dan sentiasa dapat menjawab cabaran zaman moden ini.
Akhirnya hanya kepada Tuhan s.w.t. kita semua berharap dan akan dikembalikan. "Tidakkah kamu melihat orang yang menjadikan nafsu mereka sebagai Allah? Adakah anda rasa anda boleh menjadi penjaganya? Adakah anda fikir kebanyakan mereka mendengar atau menggunakan fikiran mereka? Mereka tidak lain hanyalah lembu, bahkan lebih sesat. "(Surat Al-Furqan: 43-44). Wal-Llahu a'lam.
[1] Aktivis Hima Persatuan Islam dan Himpunan Mahasiswa Islam
[2] The Holy Qur’an al-Fatih, catatan 639, hal. 407
[3] Fath al-Barri, IV, hal. 144
[4] JIN adalah sebuah gerakan yang melunturkan dan melemahkan Islam secara bertahap (gradual) di Indonesia. Menurut kebanyakan orang hal ini sesuai dengan Firman Allah yang terdapat dalam Q., s. al-Baqarah ayat 11, yang kira-kira artinya “Dan Bbila dikatakan kepada mereka; jangan merusak dibumi, mereka berkata sungguh kami sedang berbuat baik”.