Pengertian Sujud Sahwi
(فَصْلٌ) أَسْبَابُ سُجُوْدِ الّسَهْوِ أَرْبَعَةٌ :اَلْأَوَّلُ تَرْكُ بَعْضِ مِنْ أَبْعَاضِ الّصَلَاةِ أَوْ بَعْضِ الْبَعْضِ ، اَلّثَانِيْ فِعْلُ مَايُبْطِلُ عَمْدُهُ وَلَايُبْطِلُ سَهْوُهُ إِذَا فَعَلَهُ نَاسِيًا ، اَلّثَالِثُ نَقْلُ رُكْنٍ قَوْلِيٍّ إِلَى غَيْرِ مَحَلِّهِ ، اَلّرَابِعُ إِيْقَاعُ رُكْنٍ فِعْلِيٍّ مَعَ احْتِمَالِ الّزِيَادَةِ
As-Sahwu menurut bahasa artinya: melupakan dan melalaikan sesuatu. Sedang di sisni yang dimaksud ialah, kekurangan yang dilakukan oleh seseorang dalam shalatnya, baik disengaja ataupun karena lupa. Sedang sujud –yang letaknya pada akhir shalat- merupakan penambal dari kekurangan tersebut.
HUKUM SUJUD SAHWI
Sujud sahwi hukumnya sunnah, ketika terjadi salah satu di antara sebab-sebabnya, yang akan kita bahas nanti. Jika sujud ini tidak dilakukan, maka shalat tetap tidak batal. Sujud ini memang tidak wajib, karena tidak disyari’atkan bagi tertinggalnya sesuatu yang wajib, sebagaimana akan kita lihat nanti.
Adapun dalil disyari’atkannya sujud sahwi ini ialah sebuah hadits riwayat al-Bukhari (1169), dari Abu Hurairah RA, dia berkata:
صَلَّى بِنَاا النَّبِيُّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ الظُّهْرَاَوِالْعَصْرِ، فَسَلَّمَ، فَقَالَ لَهُ ذُوْالْيَدَيْنِ: الصَّلاَةُ يَارَسُوْلُاللهِ، اَنَقَصَتْ، فَقَالَ النَّبِيُّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: اَحَقُّ مَايَقُوْلُ؟ قَلُوا نَعَم، فَصَلَّى رَكَعَتَيْنِِ اُخْرَيَتَيْنِ، ثُمَّ سَجَدَ سَجْدَتَيْنِ
Nabi SAW melakukan shalat Zhuhur dan ‘Ashar bersama kami, lalu salam. Maka berkatalah Dzul Yadain kepada beliau: “Shalat ini, ya Rasulullah, apakah berkurang? Nabi SAW bertanya: “Benarkan apa yang dia katakan?” Para sahabat menjawab: “Ya”. Maka beliau melanjutkan shalat dua rakaat lagi, kemudian bersujud dua kali.
Ikutilah dalil-dalil lainnya berikut ini:
SEBAB-SEBAB SUJUD SAHWI
1. Tidak melakukan salah satu di antara sunnah-sunnah Ab’adh, yang pernah kita terangkan di atas, seperti tasyahud awal dan Qunut. Al-Bukhari (1166) dan Muslim (570) telah meriwayatkan dari Abdullah bin Buhainah RA, bahwa dia berkata:
صَلَّى لَنَا رَسُوْلُاللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ رَكَعَتَيْنِِ مِنْ بَعْضِ الصَّلاَةِ وَفِى رِوَيَةٍ: قَامَ مِنِ اثْنَتَيْنِ مِنَ الظُّهْرِ، ثُمَّ قَامَ فَلَمْ يَجْلِسْ، فَقَامَ النَّاسُ مَعَهُ، فَلَمَّ قَضَى صَلاَتُهُ وَنَظَرْنَا تَسْلِيمَهُ، كَبَّرَ قَبْلَ التَّسْلِيْمِ فَسَجَدَ سَجْدَتَيْنِ وَهُوَ جَالِسٌ، ثًمَّ سَلَّمَ
Rasulullah SAWshalat bersama kami dua rakaat dari suatu shalat –dan menurut suatu riwayat lain: beliau bangkit setelah dua rakaat dari shalat Zhuhur- kemudian bangkit tanpa duduk (terlebih dahulu). Maka, orang-orang pun ikut bangkit bersama beliau. Tatkala beliau menyelesaikan shalatnya, sedang kami menunggu salamnya, maka beliau bertakbir sebelum salam, lalu bersujud dua kali selagi duduk, sesudah itu salam.
Sedang Ibnu Majah (1208), Abu Daud (1036) dan lainnya meriwayatkan dari al-Mughirah bin Syu’bah, dia berkata: Sabda Rasulullah SAW:
اِذَاقَامَ اَحَدُكُمْ مِنَ الرَّكَعَتَيْنِِ، فَلَمْ يَسْتَتِمَّ قَائِِمًا فَلْيَجْلِسْ، وَاِذََََاسْتَتَمَّ قَائِِمًا فَلاَ يَجْلِسْ، وَيَسْجُدُ سَجْدَتِيَ السَّهْو
Apabila seorang dari kamu sekalian (terlanjur) bangkit sesudah dua rakaat, tetapi belum sempurna berdirinya, maka duduklah. Dan apabila telah sempurna berdirinya, maka jangan duduk, dan bersujud sahwilah dua kali sujudan.
2. Ragu-ragu tentang bilangan rakaat yang telah dilakukan.
Dalam keadaan seperti ini, pastikanlah bilangan yang lebih sedikit, lalu sempurnakan kekurangannya, kemudian bersujud-sahwilah nanti sebagai penambal keraguan ini. Karena, barangkali shalat itu lebih dari yang semestinya. Jadi, kalau seseorang ragu, apakah dia telah menempuh tiga atau empat rakaat dari shalat Zhuhur, sedang ia masih berada di tengah shalatnya, maka pastikanlah ia bari menyelesaikan tida rakaat. Lalu tambahlah satu rakaat lagi, kemudian bersujud-sahwilah sebagai penambal keraguan. Karena, barangkali ia telah melakukan lima rakaat dalam shalatnya.
Muslim (571) telah meriwayatkan dari Abu Sa’id RA, dia berkata: Sabda Rasulullah SAW:
اِذَاشَكَّ اَحَدُكُمْ فِى صَلاَتِهِ، فَلَمْ يَدْرِكَمْ صَلَّى، ثَلاََثًا اَمْ اَرْبَعًا، فَلْيَطْرَحِ اشَكَّ وَلْيَبْنِ عَلَى مَااسْتَيْقَنَ، ثُمَّ يَسْجُدُ سَجْدَتَيْنِ قَبْلَ اَنْ يُسَلِّمَ، فَاِنْ كَانَ صَلَّى خَمْسًا شَفَعْنَ لَهُ صَلاَتُهُ، وَاِنْ كَانَ صَلَّى اِتْمَامًا ِلاَرْبَعٍ كَانَتَا تَرْغِيمًا لِلشَّيْطَانِ
Apabila seorang dari kamu sekalian ragu-ragu dalam shalatnya, yakni tidak tahu pasti sudah berapa rakaatkah ia shalat, tiga atau empat, maka hendaklah ia membuang keraguan itu, dan peganglah apa yang dia yakini, kemudian bersujudlah dua kali sebelum salam. Jika ternyata dia shalat sudah lima rakaat, maka rakaat-rakaat itu menggenapkan baginya pahala shalatnya. Dan jika ternyata dia shalat persis empat rakaat, maka dua sujud itu merupakan penghinaan terhadap syetan.
Adapun kalau keraguan itu terjadi selepas shalat, maka keraguan ini tidak mempengaruhi keesahan maupun kesempurnaan shalat, kecuali bila keraguan ini mengenai niat dan takbiratul ihram. Dalam hal ini, shalat mesti diulang kembali.
Adapun kelalaian ma’mum di kala ia mengikuti imam –umpamanya, melalaikan tasyahud awal- adalah menjadi tanggungan imam. Ma’mum tidak perlu sujud sahwi sesudah imam mengucapkan salam. Dalilnya ialah sabda Nabi SAW:
اْلاِمَامُ ضَامِنٌ (رواه ابن حبان وصححه 362
Imam itu penjamin. (Hadits diriwayatkan dan disahkan oleh Ibnu Hibban: 362).
3. Melakukan perbuatan terlarang karena lupa, manakala perbuatan itu bisa membatalkan shalat, sekiranya disengaja. Contohnya, bila seseorang berbicara sedikit atau menambah rakaat, karena lupa, kemudian dia menyadari hal itu selagi dalam shalatnya, maka hendaklah ia bersujud sahwi.
4. Memindahkan sesuatu pekerjaan shalat, baik yang berupa rukun, sunnah Ab’adh maupun Surat, ke tempat yang tidak semestinya. Contohnya, membaca al-Fatihah ketika duduk tasyahud, atau membaca Qunut ketika ruku’, atau membaca Surat yang disunnatkan membacanya sesudah al-Fatihah, tapi dibaca ketika i’tidal. Atas semua itu disunnatkan bersujud sahwi pada akhir shalat.
CARA DAN LETAK SUJUD SAHWI
Seperti halnya sujud-sujud lainnya dalam shalat, sujud sahwi pun dua kali, yang diniati sebagai sujud sahwi (sujud menambal kelalaian).
Adapun letaknya pada akhir shalat, sebelum salam. Jadi, kalau terlanjur salam sebelum bersujud sahwi, baik dengan sengaja ataupun karena lupa, sedang jaraknya sampai dengan mengingatnya sudah cukup lama, maka sujud itu dilewatkan saja. Tetapi, kalau belum terlalu lama, maka boleh langsung bersujud dua kali, dengan niat sujud sahwi, sesudah itu salam sekali lagi.
bacaan sujud sahwi :
سبحان من لا ينام ولا يسهو
"Subhana man laa yanaamu walaa yashu"
Artinya : Maha suci Allah yang tidak tidur dan tidak lupa